Babakan Rembukan

Soal pilihan adalah subjektif. Apakah mau pilihan A atau B itu soal perspektif masing – masing. Sebab, memilih akan menentukan hasilnya. Jika memilih untuk tidak melakukan apapun, ya memang itu sudah menjadi pilihan, boleh saja! Itukan pilihan. Maka tidak ada yang salah dengan pilihan. Boleh saja kan memilih dari beberapa pilihan yang ada? Itu adalah subjektif saja.

Namun, kadar dalam setiap pilihan berbeda, mungkin itu nanti yang akan menentukan bagaimana cara yang tepat untuk menemukan pilihan yang sesuai.

Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup saling berdampingan. Sudah wajar jika kemudian insting berkumpul, urun rembuk, urunan dilakukan di lingkungannya. Tapi yang jelas, sebagai manusia yang tidak bisa sendiri, semua dilakukan untuk kemaslahatan, keadilan dan kepantasan.

Saya teringat ketika bicara soal Kemaslahatan. Dalam beberapa kaidah, “Menghilangkan kemadharatan lebih didahulukan daripada mengambil sebuah kemaslahatan”.

Disisi lain, kemaslahatan juga mesti diciptakan dalam kehidupan sosial. Bagaimana menciptakan kemaslahatan yang tidak menjadikan kemudharatan. Atau menghindari kemudharatan dalam menciptakan kemaslahatan. Ini menjadi penting dalam hal pengambilan keputusan dalam setiap musyawarah apapun.

Banyak memang yang bisa dijadikan pertimbangan dalam menentukan sebuah pilihan. Tinggal bagaimana Kembali lagi pada subjektifitas masing-masing dan tujuan utama dalam menentukan pilihan  itu sendiri.

Kita pernah dihajar dalam situasi yang tidak enak, yakni pandemic Covid. Utamanya pada sector ekonomi, Kesehatan, sosial dan juga Pendidikan. Ini menjadikan semua terdampak dan menyebabkan hamper semua lini kehidupan terpuruk, baik materi, psikologis dan konsidi sosial.

Situasi seperti ini juga menjadi alasan mengapa kita harus menyikapinya atau menentukan pilihan disaat sangat genting, urgen dan terpuruk sekalipun. Agar semua dapat dicarikan solusi yang solutif untuk kemaslahatan, keindahan dan keluar dari permasalahan yang rumit.

Problem hari ini, kita masih bersikap sendiri-sendiri meskipun dalam kehidupan sosial sekalipun. Artinya ego diri masih mendominasi. Seakan lupa bahwa yang kita rembuk ini untuk kepentingan Bersama, sehingga alasan apapun dalam menentukan sebuah pilihan masih egosentris, itu tidak bisa dibenarkan.

Loh, tapi kita harus punya pilihan yang benar. Iya, betul pada prinsipnya kebenaran harus ditegakkan. Tapi jangan lupa keindahan juga tidak boleh diabaikan. Orang yang berilmu tanpa dibarengi akhlaq yang baik tidak ada gunanya. Begitupun juga kebenaran jika tidak disertai dengan keindahan, keharmonisan akan menjadi muspro.

Seleh sumeleh, adalah prinsip akhlaq perilaku para Ulama’ kita. Apakah mereka bukan orang pinter? Mereka semua orang-orang yang ilmu pengetahuannya di atas rata-rata. Namun mengapa kadang ide dan gagasan dalam menentukan sebuah kemaslahatan ada yang dikalahkan dalam beberapa rembukannya? Itu bukan idenya tidak bagus atau tidak mencerminkan kemaslahatan. Tapi, prinsip-prinsip rembukan di atas selalu dikedepankan. Ego dihilangkan, ide dituangkan selebihnya forum kemaslahatan kebenaran dan keindahan biar menjadi jawaban.