Mukidi Punya Cerita: Tentang Akses Jalan Buntu dan Berlobang

Rasanya ndiak karu-karuan, mangkel banget. “Wes kesusu, rumangsaku wes bener, tibake dalan buntu”. Ucap Mukidi.

Mau nyalahkan siapa kalau terjebak jalan buntu seperti itu? Kan dia sendiri yang lupa jalannya. Kok mau nyalahkan orang lain. Kalau mau Intropeksi, itu bukan kesalahan pembuat jalannya. Melainkan Mukidi aja yang sok sokan yakin bahwa jalan yang dilewatinya sudah benar.

Tak lama seusai memutar Motornya, Mukidi bukak ponsel Hpnya. GPS dinyalakan siap meluncur ke lokasi tertuju. Karena terburu-buru,,,, hp dioperasikan motor dijalankan.

“Sssssssssssssssssssst, Mukidi menhentikan laju motornya. “Bangsaaa***********t”. Meh tibo rek, goro-goro dalan lobang.

Motor di parkir, “Astagfirulloh,,, dua kali kena sial. Untung saja tidak terjadi tragedi glundungan”. Gerutu Mukidi.

Nyawanya hampir terancam jatuh karena jalan lobang, Mukidi menghentikan perjalanannya disebuah emperan rumah seseorang. Seakan lupa bahwa dirinya harus sampai tepat waktu di sebuah pertemuan Project Megamendung. Tak terasa sudah hampir 15 menit dia istirahat sambil menikmati rokok Sempulurnya.
Kriiiiing, deringan ponsel bunyi, Whatsap masuk. “Mas, di mana? Sudah ditunggu”. Bergegas motor dilajukan kembali.

“Subhaanal ladzii sakhhoro lanaa haadzaa wa maa kunnaa lahuu muqriniina wa innaa ilaa robbinaa lamungqolibuuna”. Motor dilajukan dengan kecepatan standart.

“Sareh-sareh waelah seng penting slamet.” 5 (Lima) menit sampailah ditempat tujuan. Ternyata benar, dia ketinggalan dalam rapat pembahasan Project Megamendung, sehingga dia tidak tahu prolog pembahasannya. Duduk, lalu menyalakan rokok sempulurnya.

“Hai mas, sampian baru datang ya? Sudah tahu aturan forum? Ndak boleh ngrokok selama presentasi berlangsung”.

“Sudah dua kali sial, lewat jalan buntu, mau terpeleset ke jalan berlobang, telat, dan sekarang ditegur. Mimpi apa semalam”. Gumam Mukidi.

“Pada akhirnya kita akan mengerjakan project Megamendung ini dengan anggaran setumbok. Apakah tim siap melakukan pekerjaan ini secara profesional?” Tanya Ketua kelas.

Serentak semua menjawab sepakat dan yakin bahwa bisa mengerjakan dan menyelesaikan project ini dengan Sempurna.

“Apakah yang menyatakan siap sudah tahu pekerjaan apa yang harus kalian kerjakan?”, Mukidi menyela ditengah kemriuh tim yang semangat itu.

“Oh ya Mas Mukidi silahkan bicara”. Ucap Ketua Kelas.

“Yang akan kalian kerjakan itu project yang sangat berbahaya, resikonya tinggi, apakah kalian siap?”. Saat itu juga forum hening.

“Maksud pak Mukidi apa? Kita sudah terlanjur kerjasama dan harus menyelesaikannya”. Timpal ketua Kelas.

Forum Semua yang ada di dalam forum bingung dan heran. Kenapa sikap Mukidi seakan-akan ingin membatalkan project ini. Yang nilainya sangat fantastis sekali dan keuntungannya sudah jelas didepan mata. Apalagi yang harus dipikirkan. Tinggal atur jadwal, kita mulai serangkaian teknisnya.

“Ijinkan saya bicara sambil merokok. Boleh?” tanya Mukidi.

“Silahkan Mas, asal semuanya tidak keberatan”. Jawab Ketua Kelas.

Penasaran apa yang ingin disampaikan Mukidi, solusi terbaik adalah membiarkan Mukidi Bicara sambil merokok di dalam forum rapat. Lega rasanya, akhirnya dia bisa menghisap rokok sempulurnya dengan sempurna.

Desa Panembahan adalah Salah satu desa yang akses jalannya rusak dan berlobang. Banyak genangan air pada saat hujan turun. Sehingga prioritas Project Megamendung ini memang diarahkan kesana dulu. Namun, di desa tersebut kita akan menemukan kebuntuan untuk aksesnya.

Project Megamendung ini tidak mungkin kita jalankan sendiri. Mengapa? Disana akan banyak warga ngamuk jika Project ini terus berjalan tanpa kesepakatan mereka. Mau tidak mau kita harus bernegosiasi dengan mereka semuanya agar mau membukakan akses jalannya untuk kita.

“Mas Mukidi, jelaskan ke kami, bagaimana cara bernegosiasi dengan mereka agar bisa kita ajak kerja sama”. Sahut yang lainnya.

“Saya sendiri juga berfikir ke arah sana pak, yang pasti dulu saya ke sini lewat jalan itu. Tapi sekarang jalan itu sudah buntu, dan saya ijin menyampaikan juga bahwa saya telat karena kesasar lewat jalan buntu itu. Saya bingung ambil arah mana lagi untuk bisa ke sini cepat, jika kita mau meneruskan project ini, maka kita harus negosiasi menggempur jalan buntu itu, hehe”. Ucap Mukidi.

Semua yang ada diruangan meeting terbahak melihat kelakuan Mukidi. “Dasar mas Mukidi suka Banyol. Ayok kita lanjutkan pembahasan teknisnya, santai saja sambil ngrokok gak masalah”. Ucap ketua kelas.

Wal hasil semua yang ada diruangan ikut merokok dan kopi datang. “Logika harus ada logistik, biar tidak buntu pikiran ini, hehe”. Tandas Mukidi.