Menghadirkan Spirit Ketuhanan Dalam Menulis

Menghadirkan spirit Ketuhanan dalam menulis sebuah karya adalah sebuah keniscayaan. Itu akan menjadi ruh tulisan-tulisan atau karya kita agar tetap hidup.

Termotivasi dari sebuah buku karya Murtadha Muthahhari yang berjudul “Keadilan Ilahi asas pandangan dunia Islam”. Dalam tulisan ini saya tidak akan menguraikan tentang isi buku tersebut. Namun hanya mengambil terma dari sub bahasan tentang motiv dan tujuan perbuatan Tuhan. Yang mana sebenarnya setiap perilaku manusia mempunyai motif dan tujuan.

Adapun tentang motif dan tujuan perbuatan tersebut berawal dari sebuah keinginan. Seperti halnya sebuah pertanyaan yang sebenarnya tanpa di sadari manusia telah melewati proses tersebut. Berawal dari sebuah pertanyaan “untuk apa” pasti membutuhkan jawaban “supaya”. Hal ini sering tidak disadari oleh manusia pada umunya, sehingga pada akhir kesimpulannya bahwa setiap perbuatannya dianggap sia-sia.

Padahal setiap perbuatan tidak ada yang sia-sia, bahkan perbuatan buruk sekalipun. Akan tetapi semua ada konsekuensinya, dan setiap amal perbuatan pasti mendapatkan balasan. Jika amal itu baik maka dibalas dengan kebaikan, begitupun juga sebaliknya. Memang dalam proses berkehidupan ini berbuat benar dan salah merupakan sebuah pilihan.

Meskipun sering kali manusia diartikan sebagai Tuhan kecil dari manifestasi sifat Tuhan yang cenderung hanif. Namun secara logic dan realitanya, potensi salah merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan olehnya.

Maka dalam konteks berkehidupan ini tidaklah mungkin manusia menganggap dirinya paling benar, bahkan tidak punya hak atas kebenaran tersebut. Sehingga menghukumi siapapun atas kebenaran dan kesalahan itu tidaklah mungkin dilakukan manusia. Hendaknya klaim kebenaran itu bukan dari manusia, namun pembenaran mutlak dari Tuhan.

Kaitannya dengan aktifitas yang dijalankan oleh manusia hendaknya berlandaskan pada motif dan tujuan. Begitupun juga aktifitas menulis ini hendaknya berlandaskan pada spirit Ketuhanan. Spirit Ketuhanan yang saya maksudkan tersebut adalah berangkat dari value religious.

Menurut hemat saya bahwa kegiatan menulis ini bukan dimaksudkan untuk menandingi atau menguasai karya-karya yang lainnya. Namun bertujuan untuk memberikan manfaat bagi orang lain dalam kegiatan-kegiatan yang positif. Misalnya saling bertukar pendapat, wacana, bahan diskusi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bernilai positif.